Sesungguhnya
manusia pada asalnya menyukai kebaikan dan hal-hal yang membawa kepadanya.
Manusia juga pada asalnya menyukai keindahan baik dalam tutur kata maupun
perbuatan terutama yang datang pada dirinya. Membenci kekejian, hal-hal jelek
yang nista.Itulah fitrah kesucian pada asalnya.
Waktu berlalu, umur
bertambah, kehidupan berjalan, setiap saat adalah perubahan dalam tempaan
senang susah yang datang dan pergi silih berganti. Hati juga berdenyut
sebagaimana jantung yang mengiringi setiap perasaan yang aneka rasanya sudah
ada juga disana. Ada benci, rasa cinta, kesal, bahagia, menyesal, senang,
kesedihan,pilu,putus asa,harapan,semangat,dll termasuk dendam dan amarah.
Adakah manusia yang luput darinya, dari reaksi sebuah kesalahan yang diperbuat
baik dirinya maupun orang lain atas kehidupannya? Adakah manusia yang luput
dari kesalahan, khilaf, atau bahkan lupa?
Kecewa, adalah kata
pertama yang membuat manusia ada dipersimpangan keadaan sebuah pilihan sesudahnya,
tindakan apa yang akan dipilihnya? Kebuntuan, kehampaan, siapa yang tidak
pernah merasakannya?
Saudaraku semua,
sungguh kita semua tidak akan selamat dari keburukan diri kita bila hanya
mengandalkan kekuatan diri kita, sungguh manusia itu lemah dan mudah rapuh, dan
sungguh nafsu itu selalu mengajak pada keburukkan kecuali nafsu yang diberkahi
penciptanya Allah swt.
“sesungguhnya nafsu
itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh
Tuhanku “ QS: 12:53
Tak ada jalan
keluar kecuali jalan keluarNya, tak ada rintangan yang mampu dilalui tanpa
kekuatan dariNya, tak ada kekuatan kecuali kekuatanNya. Dan sesungguhnya semua ujian dan cobaan juga
dengan segala kemanisan dan kepahitannya adalah agar Allah mengetahui, siapa
diantara kita yang ridho dengaNnya dan siapa yang ingkar padaNya. Kita
sungguh-sungguh dalam pengawasan Allah beserta malaikat-malaikat penjaga dan
malaikat lain yang diutus, bahwa kehidupan kita ini bukan sekedar berlalu atau
main-main belaka.
Lalu katakan,
bagaimanakah caranya kita mengetahui bahwa hidup ini bukan hidup kebetulan
tanpa tujuan? Bisakah kita melaluinya tanpa bimbingan dan petunjuk arah? Dan
tidak membuatnya mengalir begitu saja seperti istilah kebanyakan? Adakah angin
yang berhembus begitu saja tanpa arah ketika ia menghantarkan serbuk sari pada
sekuntum bunga yang mekar? Tidak ada yang sia-sia dan begitu saja disiNya,
kecuali buat orang yang memang tidak menginginkan tujuan pasti,tentulah tak
perlu memikirkan jawabnnya, karena petunjuk itu hanyalah arah untuk orang yang
butuh kepastian jalannya.
Itulah yang membuat
satu dan lainnya berbeda, dalam menghadapi rasa suka dan tidak senang terhadap
keadaan, ada yang hatinya menjadi tajam dan semakin terasah mata hatinya karena
membuatnya semakin mendekat padaNya,sehingga sentuhan sedikit saja mudah
membuatnya menangis mengerti dan faham. Ada yang keadaan membuat hatinya
berpaling, semakin bervariasi warna kehidupan, semakin menebal lapisan yang menutup hatinya. Sehingga nasihat
yang banyak terasa sulit difahami dan orang lainpun sulit membuatnya mengerti.
Duhai, lapisan apa yang membutakan hati, ketika nasihat-nasihat terbaik
terabaikan? Kita harus takut dengan keadaan hati yang seperti ini, hati yang
membatu tapi tak menyadari.
“maka apakah mereka
tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka
dapat memahami…” QS:22:46
Sesungguhnya
maksiat dan kedurhakaan itu benar-benar menutupi hati dan menggelapkannya dari
petunjuk Allah swt.
“Sekali_kali tidak
(demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka” QS: 83:14
Apa yang manusia
usahakan/perbuat atas dirinya ? dosa apakah yang dilakukan? Terus dan
berulang-ulang hingga larut menjadi kebiasaan hingga ia tak lagi merasa bahwa
itu sebuah dosa dan menganggap remeh seperti melihat lalat yang lewat di depan
hidungnya.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ) »
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau
bersabda, “Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan
dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta
ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat
maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah
yang diistilahkan “ar raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang
artinya), ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka
usahakan itu menutupi hati mereka’.” Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir,
Muassasah Al Qurthubah, 14/268
Ibnu Taimiyah rahimahullah menyebutkan
perkataan Hudzaifah dalam fatawanya. Hudzaifah berkata, “Iman membuat hati
nampak putih bersih. Jika seorang hamba bertambah imannya, hatinya akan semakin
putih. Jika kalian membelah hati orang beriman, kalian akan melihatnya putih bercahaya.
Sedangkan kemunafikan membuat hati tampak hitam kelam. Jika seorang hamba
bertambah kemunafikannya, hatinya pun akan semakin gelap. Jika kalian
membelah hati orang munafik, maka kalian akan melihatnya hitam mencekam.”
Majmu’ Al Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Darul Wafa’, cetakan ketiga,
1426, 15/283
Itulah proses
menutupnya hati berlapis-lapis, demikian pula membersihkannya berlapis-lapis
butuh waktu dan kesabaran bagi yang sungguh-sungguh ingin bertaubat. Tak ada
manusia yang sempurna memang, itulah sebabnya betapa mahal sebuah pelajaran,
memetik hikmah yang bertaburan, dan itu sebabnya manusia berada pada tingkat-tingkat sesuai keadaan
hatinya, keimanannya.
“Apakah orang yang
mengikuti keridhaan Allah sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan
(yang besar) dari Allah dan tempatnya adalah Jahannam? Dan itulah seburuk-buruk
tempat kembali. (Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah, dan
Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan”. QS: 3:162-163
Semoga Allah swt
menghidayahkan hati kita untuk dapat berbuat baik, diberi petunjuk untuk
menyukai ibadah, menyukai kemurnian
" Dan siapa
yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya
itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri” QS: 42: 23
“Tidak ada balasan
kebaikan kecuali kebaikan” QS: 55:60
Marilah kita
perbanyak istighfar dan senantiasa memohon ampunanNya dan bertaubat padaNya
Dan di antara mereka ada orang yang berdoa:
"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah kami dari siksa neraka” QS: 2:201
اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
'Allaahumma Musharrifal Quluub, Sharrif
Quluubanaa ‘Alaa Tho'atika'
Artinya: “Ya Allah yang mengarahkan hati, arahkanlah hati-hati kami untuk taat
kepadamu.” (HR. Muslim)
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
'Rabbabaa Laa Tuzigh Quluubanaa Ba’da Idz Hadaitanaa wa Hab Lana Mil-Ladunka
Rahmatan Innaka Antal-Wahhaab'
Artinya: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada
kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada
kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi
(karunia).” (QS. Ali Imran: 7)