Sungguh takjub dan sempat lama memikirkan dan merenungkan arti doa
diatas, mengapa doa ini tampak berbeda redaksinya dengan doa-doa lain yang sering di pelajari, biasanya
antara hajat dengan redaksinya bunyinya sama, tapi ini berbeda dan tersirat khusus dan istimewa.
kalau diperhatikan misalnya :
Doa minta diberi keteguhan
"Allahumma tsabitnii..."
Ya اللّهُ teguhkanlah diriku
Doa minta diampuni
"Allahumaghfirlii.."
Ya اللّهُ ampunilah aku
Doa agar qona'ah
"Allahumma qonni'nii...."
Ya اللّهُ jadikanlah aku merasa qona'ah
Doa memohon surga
"Allahumma inni asalukal jannah..."
Ya اللّهُ aku memohon surga kepadaMu
Dan doa-doa lainnya seperti doa memohon ilmu yang bermanfaat, doa untuk orang tua, doa
dan lain-lain sama antara permohonan dan isi doanya (redaksinya).
Tapi coba perhatikan arti doa penghilang kesedihan dan duka yang dalam diatas:
“Ya Allah! Sesungguhnya aku adalah hambaMu anak hambaMu dan anak hamba
perempuanMu . Ubun-ubunku berada di tanganMu, hukum-Mu berlaku terhadap diriku
qadhaMu adill pada diriku. Aku mohon kepadaMu dgn segala nama yang menjadi
milikMu yang Engkau namai diriMu dengannya atau yang Engkau turunkan dalam
kitabMu atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhlukMu atau yg Engkau
rahasiakan dalam ilmu ghoib di sisiMu. MAKA AKU MOHON DENGAN ITU AGAR ENGKAU
JADIKAN AL-QUR'AN SEBAGAI PENYEJUK (penenteram) HATIKU, CAHAYA DI DADAKU,
PELIPUR KESEDIHANKU dan PELENYAP BAGI KESUSAHANKU”
Redaksi diatas tidak berbunyi seperti doa-doa yang lain, redaksinya tidak
berbunyi misalkan:
"Ya Allah lenyapkanlah sesak didadaku, hilangkan kesedihanku, dan cabutlah
segala kesusahanku"
Tapi redaksinya seperti yang tersusun pada huruf-huruf besar diatas dengan
penekanan pada kata:
"...AGAR ENGKAU JADIKAN AL-QUR'AN SEBAGAI PENYEJUK (penenteram) HATIKU.
.."
Disini bisa kita renungkan, betapa berbedanya, seolah diisyaratkan bahwa sebaik-baik
PELARIAN hati disaat dirundung duka adalah melarikan diri pada kitab suci.
Kita bisa renungkan betapa orang yang sedang frustasi, kecewa dan putus asa
melarikan diri dengan cara-cara yang ingin keluar dari kenyataan, dari yang
sekedar jalan-jalan, shopping, lari pada makanan, belanja ini itu untuk
melupakan hati yang sumpek, pergi ke vila satu ke pulau yang lain, hingga yang
ekstrim seperti merokok, minum obat penenang, drug, narkoba dan lain-lain hanya untuk
melupakan kepedihan, melarikan diri dari kenyataan, tapi itu hanya sesaat,
ketika membuka mata persoalannya masih ada belum selesai. Bahkan ada yang
menempuh jalan pintas dengan bunuh diri.
Betapa ironisnya akibat pelarian diri yang jauh dari tujuan inti kehidupan,
semua berakhir sia-sia hampa tak bermakna. Padahal disitulah inti dari ujian
ataupun musibah agar kita bisa bangkit lebih kuat, lebih realistis yang tadinya
tidak sanggup menjadi sanggup, yang semula lemah jadi berdaya.
Oleh karenanya, dari redaksi doa pelipur lara di atas, betapa mahalnya arti
dari sebuah kemampuan untuk menjadikan Al Qur'an sebagai bentuk pelarian kita
disaat susah, hati kita menjadi sibuk dengan merenungkan ayat-ayatNya,
sekaligus mengoreksi kesalahan-kesalahan mengapa kedukaan itu menimpa apakah
karena kesalahan ulah tangan kita atau memang ujian dari yang Maha Kuasa. Hati
kita menjadi suci dengan mendekat kepada kitab suci. Seolah ada isyarat bahwa
kita dituntun untuk berfikir logis dan realistis bahwa kehidupan yang kita
hadapi adalah fakta bukan angan-angan yang harus dihadapi, dijalani. Sehingga kembali kepada Al Qur'an supaya
tertuntun segala kedukaan yang kita rasakan pada arah yang benar,
subhanalah....
Sungguh doa yang indah, doa yang dalam dan teramat mahal. Semoga kita semua bisa memetik hikmah
atas setiap ujian dan cobaan yang datang, dan diberi sebaik-baik bentuk pelarian, melarikan diri kepada Allah swt mendekat kepadaNya, amiin ya Rabbal 'alamiin
No comments:
Post a Comment