Sunday 18 May 2014

Katup Hati

Sesungguhnya manusia pada asalnya menyukai kebaikan dan hal-hal yang membawa kepadanya. Manusia juga pada asalnya menyukai keindahan baik dalam tutur kata maupun perbuatan terutama yang datang pada dirinya. Membenci kekejian, hal-hal jelek yang nista.Itulah fitrah kesucian pada asalnya.

Waktu berlalu, umur bertambah, kehidupan berjalan, setiap saat adalah perubahan dalam tempaan senang susah yang datang dan pergi silih berganti. Hati juga berdenyut sebagaimana jantung yang mengiringi setiap perasaan yang aneka rasanya sudah ada juga disana. Ada benci, rasa cinta, kesal, bahagia, menyesal, senang, kesedihan,pilu,putus asa,harapan,semangat,dll termasuk dendam dan amarah. Adakah manusia yang luput darinya, dari reaksi sebuah kesalahan yang diperbuat baik dirinya maupun orang lain atas kehidupannya? Adakah manusia yang luput dari kesalahan, khilaf, atau bahkan lupa?

Kecewa, adalah kata pertama yang membuat manusia ada dipersimpangan keadaan sebuah pilihan sesudahnya, tindakan apa yang akan dipilihnya? Kebuntuan, kehampaan, siapa yang tidak pernah merasakannya?

Saudaraku semua, sungguh kita semua tidak akan selamat dari keburukan diri kita bila hanya mengandalkan kekuatan diri kita, sungguh manusia itu lemah dan mudah rapuh, dan sungguh nafsu itu selalu mengajak pada keburukkan kecuali nafsu yang diberkahi penciptanya Allah swt.

“sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku “ QS: 12:53

Tak ada jalan keluar kecuali jalan keluarNya, tak ada rintangan yang mampu dilalui tanpa kekuatan dariNya, tak ada kekuatan kecuali kekuatanNya.  Dan sesungguhnya semua ujian dan cobaan juga dengan segala kemanisan dan kepahitannya adalah agar Allah mengetahui, siapa diantara kita yang ridho dengaNnya dan siapa yang ingkar padaNya. Kita sungguh-sungguh dalam pengawasan Allah beserta malaikat-malaikat penjaga dan malaikat lain yang diutus, bahwa kehidupan kita ini bukan sekedar berlalu atau main-main belaka.

Lalu katakan, bagaimanakah caranya kita mengetahui bahwa hidup ini bukan hidup kebetulan tanpa tujuan? Bisakah kita melaluinya tanpa bimbingan dan petunjuk arah? Dan tidak membuatnya mengalir begitu saja seperti istilah kebanyakan? Adakah angin yang berhembus begitu saja tanpa arah ketika ia menghantarkan serbuk sari pada sekuntum bunga yang mekar? Tidak ada yang sia-sia dan begitu saja disiNya, kecuali buat orang yang memang tidak menginginkan tujuan pasti,tentulah tak perlu memikirkan jawabnnya, karena petunjuk itu hanyalah arah untuk orang yang butuh kepastian jalannya.

Itulah yang membuat satu dan lainnya berbeda, dalam menghadapi rasa suka dan tidak senang terhadap keadaan, ada yang hatinya menjadi tajam dan semakin terasah mata hatinya karena membuatnya semakin mendekat padaNya,sehingga sentuhan sedikit saja mudah membuatnya menangis mengerti dan faham. Ada yang keadaan membuat hatinya berpaling, semakin bervariasi warna kehidupan, semakin menebal  lapisan yang menutup hatinya. Sehingga nasihat yang banyak terasa sulit difahami dan orang lainpun sulit membuatnya mengerti. Duhai, lapisan apa yang membutakan hati, ketika nasihat-nasihat terbaik terabaikan? Kita harus takut dengan keadaan hati yang seperti ini, hati yang membatu tapi tak menyadari.

“maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami…” QS:22:46

Sesungguhnya maksiat dan kedurhakaan itu benar-benar menutupi hati dan menggelapkannya dari petunjuk Allah swt.

“Sekali_kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka”  QS: 83:14

Apa yang manusia usahakan/perbuat atas dirinya ? dosa apakah yang dilakukan? Terus dan berulang-ulang hingga larut menjadi kebiasaan hingga ia tak lagi merasa bahwa itu sebuah dosa dan menganggap remeh seperti melihat lalat yang lewat di depan hidungnya.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ) »


Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka’.” Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, Muassasah Al Qurthubah, 14/268


Ibnu Taimiyah rahimahullah menyebutkan perkataan Hudzaifah dalam fatawanya. Hudzaifah berkata, “Iman membuat hati nampak putih bersih. Jika seorang hamba bertambah imannya, hatinya akan semakin putih. Jika kalian membelah hati orang beriman, kalian akan melihatnya putih bercahaya. Sedangkan kemunafikan membuat hati tampak hitam kelam. Jika seorang hamba bertambah kemunafikannya, hatinya pun akan semakin gelap. Jika kalian membelah hati orang munafik, maka kalian akan melihatnya hitam mencekam.” Majmu’ Al Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Darul Wafa’, cetakan ketiga, 1426, 15/283

Itulah proses menutupnya hati berlapis-lapis, demikian pula membersihkannya berlapis-lapis butuh waktu dan kesabaran bagi yang sungguh-sungguh ingin bertaubat. Tak ada manusia yang sempurna memang, itulah sebabnya betapa mahal sebuah pelajaran, memetik hikmah yang bertaburan, dan itu sebabnya  manusia berada pada tingkat-tingkat sesuai keadaan hatinya, keimanannya.

“Apakah orang yang mengikuti keridhaan Allah sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan (yang besar) dari Allah dan tempatnya adalah Jahannam? Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. (Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan”. QS: 3:162-163

Semoga Allah swt menghidayahkan hati kita untuk dapat berbuat baik, diberi petunjuk untuk menyukai ibadah, menyukai kemurnian

" Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri” QS: 42: 23

“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan” QS: 55:60

Marilah kita perbanyak istighfar dan senantiasa memohon ampunanNya dan bertaubat padaNya

Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka” QS: 2:201

اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ

'Allaahumma Musharrifal Quluub, Sharrif Quluubanaa ‘Alaa Tho'atika'


Artinya: “Ya Allah yang mengarahkan hati, arahkanlah hati-hati kami untuk taat kepadamu.” (HR. Muslim)


رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

'Rabbabaa Laa Tuzigh Quluubanaa Ba’da Idz Hadaitanaa wa Hab Lana Mil-Ladunka Rahmatan Innaka Antal-Wahhaab'

Artinya: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imran: 7)




Sebelumnya:

Kekuatan

No comments:

Post a Comment