Disaat kita meluangkan waktu
sejenak lalu kita fikir-fikir, betapa banyak kalimat syukur yang akan kita
lebih ungkapkan atas kesempatan untuk bisa hidup sampai detik ini. Bisa hidup
lebih baik dari sebelumnya, apalagi diberi karunia bisa mengenal islam terlebih
lingkungan yang islami dimana nilai agama bukan hanya sekedar wacana atau iklan
lewat sebatas jeda sambil lalu tapi betul-betul diresapi dan ingin itu tumbuh
didalam diri kita dan juga anak-anak dan keluarga kita. Jangan sampai kita
terjebak seperti seseorang yang kehidupan dunianya seolah seperti dibentangkan (dengan kesenangan dan kecukupan) tanpa hambatan atau ujian lalu merasa bahwa kesuksesan yang diraih adalah karena
profesionalisme jerih payah semata (tanpa bantuan Allah swt) ini bisa membuat
sebagian orang tidak lagi membutuhkan Allah, alih-alih bersyukur, semua itu
malah semakin menjauhkan dari beribadah mengingatNya.
Padahal, segala kenikmatan itu
tidak lebih lama dan lebih bertahan kecuali hanya sebatas ruas jari singkatnya.
Apapun itu, berapapun kesenangannya ia hanya mampu mengisi ruang kosong sesaat
saja untuk selanjutnya kesenangan itu segera berakhir dan berganti dengan ruang
lainnya, adakalanya kegembiraan yang dipandang orang lain sebagai sesuatu yang
menyenangkan tapi dipandang menjenuhkan buat sebagian yang lainnya.
Itulah yang kita lalui, andai kita tidak mengetahui
pasti arah kehidupan yang sesungguhnya, maka waktu kita habis hanya untuk
sesuatu yang nilainya seruas jari. Tak terasa tahu-tahu usia kita sudah 20
tahun lalu tiba-tiba 40 tahun bahkan penulis pernah bertemu seorang kakek yang
berusia 70 tahun mengatakan: “saya benar-benar tidak menyadari tiba-tiba saja
saya sudah setua ini, rasanya baru saja kemarin saya menikah tiba-tiba
teman-teman sudah ga ada semua (meninggal)”. Penulis juga pernah bertemu dengan
seorang ibu yang berusia 55 tahun yang mengatakan : “andai saya bisa mengulang
kehidupan, saya ingin sekali mengenal Islam lebih awal, saya menyesal, ayat
kursi aja saya belum hafal”. Sungguh jadi ikut sedih mendengarnya, tapi itu
lebih baik, lebih baik menyesal ketika masih hidup daripada penyesalan setelah
kematian yang tak ada gunanya. Singkat, benar-benar cepat, terlebih
pertaruhannya sangat besar menyadari bahwa nasib kehidupan kita selanjutnya (di
alam lain) ditentukan justru oleh sesaat waktu yang kita punya saat ini.
Lihatlah ayat berikut ini dan mari kita renungkan mendalam:
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik
(menghadap) kepada Tuhan
dalam
sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun
Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik
Sesungguhnya mereka memandang siksaaan itu
jauh
Sedangkan Kami memandangnya dekat”
QS:
70:4-7
Bila disisi Allah
satu hari sama dengan lima puluh ribu tahun, tak terbayangkan berapa lama yang
akan kita habiskan di padang masyar hanya untuk mengaudit amal-amal perbuatan
manusia termasuk kita didalamnya nanti, hanya Allah swt yang mengetahui
lamanya, seharikah? Dua harikah? Lalu bagaimana nasib kita setelahnya? Berapa
lama waktu yang akan kita jalani dan dimana tempat kita akan menghabiskan waktu
yang tak ada ujung dan batasnya itu?
Kesadaran hal inilah
yang membuat perbedaan pandangan dua sisi kehidupan manusia, akan pandangan
(mindset) tentang hal yang penting menurutnya dan yang tidak penting menurut
orang lain. Ini juga yang membuat setiap manusia berbeda dalam pendapat dan dalam
mengambil keputusan setiap harinya, perbedaan dalam hal pandangan, visi dan
misi serta tolak ukur nilai kehidupan. Sebagian merasa bangga dengan sesuatu
yang membuatnya merasa hebat dihadapan manusia,dan disibukkan waktunya dan
tenaganya untuk mencari pamrih manusia sementara sebagian lainnya merasa bukan
itu prioritasnya, tapi lebih memilih jalan yang mungkin menurut mayoritas
manusia “tidak populer”. Ada yang lebih memilih mengasingkan diri dengan tenggelam
dalam kesibukan membaca Al Quran karena didera rasa takut yang mencekam,
menangis ditengah banyaknya orang yang tertawa, memilih diam mengoreksi diri
ditengah keramaian jadwal hang out yang tak ada habis-habisnya, bahkan banyak
yang karena sibuknya shalatpun di sisa waktu, yang akhirnya lama kelamaan jadi ringan
meninggalkan shalat karena diawali kelelahan, tidak sempat atau ketiduran. Bila
seorang ayah atau seorang ibu lalai, bagaimana dengan penerusnya, anak-anaknya,
karena sedikit yang menyadari bahwa sebenarnya setiap manusia seperti sebuah
pusaran yang kuat yang akan menarik anggota keluarganya. Kelalaian kita bisa mengakibatkan
seluruh keluarga terseret kedalam jurang api neraka, sebaliknya doa-doa dan
kekuatan ruh kita juga akan membuat pusaran besar yang mampu menarik seluruh
keluarga kita kedalam rahmatNya (atas izinNya). Begitulah diantara makna “Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” QS: 66:6. “Dan
perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki
kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa” QS:
20:132.
Jadi ketika
anak-anak kita sulit diatur, atau kata-kata kita tidak didengar mungkin ini
saatnya untuk menengok kedalam, barangkali ada ketidaktaatan yang tidak kita
sadari, karena ketidaktaatan itu menular (ini bisa kita observasi dan sungguh
ada korelasinya).
Sungguh bila
belum pernah datang ujian yang menimpamu janganlah sampai menunggu itu datang
sebagai peringatan, karena banyak sekali diluar sana saudara-saudara kita yang
kini menghabiskan waktunya dengan penuh rasa syukur karena merasa hampir saja
tidak memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri. Banyak sekali kata syukur
disetiap kata “hampir” yang datang, Hampir gagal usahanya, hampir
terjatuh kehidupannya, hampir tergelincir dalam kemaksiatan, hampir terenggut
nyawa karena sakit, hampir celaka, hampir bercerai, hampir tak sanggup atau
hampir menyerah atau bunuh diri. Andaipun saat ini ada yang
sedang menghadapi ujian atau terlanjur jatuh, tetaplah bersyukur atas tanda
sayang yang Allah kirimkan karena tidak semua disayang banyak juga yang
dibiarkan terlena atau jatuh hingga habis waktunya hingga tak sempat taubat.
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka,
Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila
mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa
mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus
asa.”6:44
Sementara banyak juga yang bertambah rasa syukurnya justru disaat
kesulitan datang, kesulitan yang membuat matanya bisa melihat, hatinya lebih
jernih, tunduk dan lebih faham. “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia
ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah
antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti
hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu
menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di
akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya.
Dan kehidupan dunia ini tidak lain
hanyalah kesenangan yang menipu. “57:20
Bukanlah berarti
kita jadi mengurung diri tidak melakukan apa-apa, tapi prioritas dan mindset orientasi
kita yang harus diubah dan dibuka lebih lebar jendelanya bahwa, suatu masa
nanti kita akan sampai pada saat yang lamanya lebih dari 50.000 tahun dan ini
adalah kepastian yang tidak bisa dihindari. Sehingga kita bisa lebih memilih
dan berhati-hati mengisi waktu kita yang amat singkat ini, cerdas dalam
menyelamatkan diri yang tidak cemas dengan apa kata orang lain. Berhati-hati dalam
setiap tindakan, ucapan, kegiatan, teman, karena semua itu berdampak dan
bertanda dan akan ditanya.
Buat para ayah,
walaupun sebagian besar waktunya dihabiskan di kantor atau pekerjaan lainnya,
tapi jangan sampai memandang keluarga (istri dan anak-anak) lebih kecil artinya
hingga tak jarang menjadi pemicu konflik, justru sebaliknya keluarga adalah
yang utama karena itulah yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya. Juga para
ibu, agar tetap terus bertumbuh dan berkembang baik ilmu dan keterampilannya
serta ruhnya agar skillnya tidak jalan ditempat. Adakalanya saat-saat tidak
ideal itu harus dihadapi oleh ibu-ibu, dimana seharusnya para istri mendapat
rengkuhan nyaman dalam bimbingan suami tapi sebaliknya adakalanya para istri
harus memberi kekuatan, support dan dukungan ditengah kelelahan suami agar tetap
berada dijalan yang lurus dan tidak menyimpang bukan sebaliknya. Ternyata banyak
yang harus ditata dengan detail dan serius. Semoga bisa mengambil karunia Allah
swt untuk disyukuri dengan kegiatan apa saja yang mendatangkan keikhlasan
(bidang yang cocok) dengan tanpa kehilangan tanggungjawab yang fundamental dan
tak membuat lesu ibadah, tanpa kehilangan semangat dalam hubungan keluarga, tanpa
kehilangan hubungan dekat dengan anak-anak, tetap didengar dan juga dipercaya.
Katakanlah:
"Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya
kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah),
yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan."62:8
Katakanlah:
"Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri
dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu
tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja." 33:16
Jadi, selamat mensyukuri waktu
yang masih lapang, kesehatan, umur, rizki juga kemudahan yang sudah Allah swt limpahkan
juga pertolongan yang sudah Allah swt turunkan. Selamat membentuk hari yang
baqa dengan merajutnya dihari yang fana ini, paling tidak kita sudah memulainya
dengan niatan yang baik. Semoga Allah swt menyelamatkan kita semua dan
menguatkan hingga akhir dan agar semua upaya ini tidaklah menjadi sia-sia
hingga berkumpulnya kita semua dalam kemuliaan pada suatu masa nanti, amin ya
rabbal alamiin…
“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan
takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong
anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun.
Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia
memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam
(mentaati) Allah. 31:33 Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama)
Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang
yang bersaudara; dan kamu telah berada
di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk.3:103 Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat
mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka
siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu?
Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal. 3:160 dan
siapa yang disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya seorangpun yang akan
memberi petunjuk.40:33 Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang bertakwa karena
kemenangan mereka, mereka tiada disentuh oleh azab (neraka dan tidak pula)
mereka berduka cita. 39:61 Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang
bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan
berlutut. 19:72 Dan katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk
yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah
kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong”17:80