Saturday 12 January 2013

Ada syukur disetiap kata hampir



Disaat kita meluangkan waktu sejenak lalu kita fikir-fikir, betapa banyak kalimat syukur yang akan kita lebih ungkapkan atas kesempatan untuk bisa hidup sampai detik ini. Bisa hidup lebih baik dari sebelumnya, apalagi diberi karunia bisa mengenal islam terlebih lingkungan yang islami dimana nilai agama bukan hanya sekedar wacana atau iklan lewat sebatas jeda sambil lalu tapi betul-betul diresapi dan ingin itu tumbuh didalam diri kita dan juga anak-anak dan keluarga kita. Jangan sampai kita terjebak seperti seseorang yang kehidupan dunianya seolah seperti dibentangkan (dengan kesenangan dan kecukupan) tanpa hambatan atau ujian lalu merasa bahwa kesuksesan yang diraih adalah karena profesionalisme jerih payah semata (tanpa bantuan Allah swt) ini bisa membuat sebagian orang tidak lagi membutuhkan Allah, alih-alih bersyukur, semua itu malah semakin menjauhkan dari beribadah mengingatNya.

Padahal, segala kenikmatan itu tidak lebih lama dan lebih bertahan kecuali hanya sebatas ruas jari singkatnya. Apapun itu, berapapun kesenangannya ia hanya mampu mengisi ruang kosong sesaat saja untuk selanjutnya kesenangan itu segera berakhir dan berganti dengan ruang lainnya, adakalanya kegembiraan yang dipandang orang lain sebagai sesuatu yang menyenangkan tapi dipandang menjenuhkan buat sebagian yang lainnya.
Itulah  yang kita lalui, andai kita tidak mengetahui pasti arah kehidupan yang sesungguhnya, maka waktu kita habis hanya untuk sesuatu yang nilainya seruas jari. Tak terasa tahu-tahu usia kita sudah 20 tahun lalu tiba-tiba 40 tahun bahkan penulis pernah bertemu seorang kakek yang berusia 70 tahun mengatakan: “saya benar-benar tidak menyadari tiba-tiba saja saya sudah setua ini, rasanya baru saja kemarin saya menikah tiba-tiba teman-teman sudah ga ada semua (meninggal)”. Penulis juga pernah bertemu dengan seorang ibu yang berusia 55 tahun yang mengatakan : “andai saya bisa mengulang kehidupan, saya ingin sekali mengenal Islam lebih awal, saya menyesal, ayat kursi aja saya belum hafal”. Sungguh jadi ikut sedih mendengarnya, tapi itu lebih baik, lebih baik menyesal ketika masih hidup daripada penyesalan setelah kematian yang tak ada gunanya. Singkat, benar-benar cepat, terlebih pertaruhannya sangat besar menyadari bahwa nasib kehidupan kita selanjutnya (di alam lain) ditentukan justru oleh sesaat waktu yang kita punya saat ini. Lihatlah ayat berikut ini dan mari kita renungkan mendalam:

“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan
dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun
Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik
Sesungguhnya mereka memandang siksaaan itu jauh
Sedangkan Kami memandangnya dekat”
QS: 70:4-7

Bila disisi Allah satu hari sama dengan lima puluh ribu tahun, tak terbayangkan berapa lama yang akan kita habiskan di padang masyar hanya untuk mengaudit amal-amal perbuatan manusia termasuk kita didalamnya nanti, hanya Allah swt yang mengetahui lamanya, seharikah? Dua harikah? Lalu bagaimana nasib kita setelahnya? Berapa lama waktu yang akan kita jalani dan dimana tempat kita akan menghabiskan waktu yang tak ada ujung dan batasnya itu?

Kesadaran hal inilah yang membuat perbedaan pandangan dua sisi kehidupan manusia, akan pandangan (mindset) tentang hal yang penting menurutnya dan yang tidak penting menurut orang lain. Ini juga yang membuat setiap manusia berbeda dalam pendapat dan dalam mengambil keputusan setiap harinya, perbedaan dalam hal pandangan, visi dan misi serta tolak ukur nilai kehidupan. Sebagian merasa bangga dengan sesuatu yang membuatnya merasa hebat dihadapan manusia,dan disibukkan waktunya dan tenaganya untuk mencari pamrih manusia sementara sebagian lainnya merasa bukan itu prioritasnya, tapi lebih memilih jalan yang mungkin menurut mayoritas manusia “tidak populer”. Ada yang lebih memilih mengasingkan diri dengan tenggelam dalam kesibukan membaca Al Quran karena didera rasa takut yang mencekam, menangis ditengah banyaknya orang yang tertawa, memilih diam mengoreksi diri ditengah keramaian jadwal hang out yang tak ada habis-habisnya, bahkan banyak yang karena sibuknya shalatpun di sisa waktu, yang akhirnya lama kelamaan jadi ringan meninggalkan shalat karena diawali kelelahan, tidak sempat atau ketiduran. Bila seorang ayah atau seorang ibu lalai, bagaimana dengan penerusnya, anak-anaknya, karena sedikit yang menyadari bahwa sebenarnya setiap manusia seperti sebuah pusaran yang kuat yang akan menarik anggota keluarganya. Kelalaian kita bisa mengakibatkan seluruh keluarga terseret kedalam jurang api neraka, sebaliknya doa-doa dan kekuatan ruh kita juga akan membuat pusaran besar yang mampu menarik seluruh keluarga kita kedalam rahmatNya (atas izinNya). Begitulah diantara makna “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” QS: 66:6. “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa” QS: 20:132.

Jadi ketika anak-anak kita sulit diatur, atau kata-kata kita tidak didengar mungkin ini saatnya untuk menengok kedalam, barangkali ada ketidaktaatan yang tidak kita sadari, karena ketidaktaatan itu menular (ini bisa kita observasi dan sungguh ada korelasinya).

Sungguh bila belum pernah datang ujian yang menimpamu janganlah sampai menunggu itu datang sebagai peringatan, karena banyak sekali diluar sana saudara-saudara kita yang kini menghabiskan waktunya dengan penuh rasa syukur karena merasa hampir saja tidak memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri. Banyak sekali kata syukur disetiap kata “hampir” yang datang, Hampir gagal usahanya, hampir terjatuh kehidupannya, hampir tergelincir dalam kemaksiatan, hampir terenggut nyawa karena sakit, hampir celaka, hampir bercerai, hampir tak sanggup atau hampir menyerah atau bunuh diri. Andaipun saat ini ada yang sedang menghadapi ujian atau terlanjur jatuh, tetaplah bersyukur atas tanda sayang yang Allah kirimkan karena tidak semua disayang banyak juga yang dibiarkan terlena atau jatuh hingga habis waktunya hingga tak sempat taubat. “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.”6:44

Sementara banyak juga yang bertambah rasa syukurnya justru disaat kesulitan datang, kesulitan yang membuat matanya bisa melihat, hatinya lebih jernih, tunduk dan lebih faham. “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. “57:20

Bukanlah berarti kita jadi mengurung diri tidak melakukan apa-apa, tapi prioritas dan mindset orientasi kita yang harus diubah dan dibuka lebih lebar jendelanya bahwa, suatu masa nanti kita akan sampai pada saat yang lamanya lebih dari 50.000 tahun dan ini adalah kepastian yang tidak bisa dihindari. Sehingga kita bisa lebih memilih dan berhati-hati mengisi waktu kita yang amat singkat ini, cerdas dalam menyelamatkan diri yang tidak cemas dengan apa kata orang lain. Berhati-hati dalam setiap tindakan, ucapan, kegiatan, teman, karena semua itu berdampak dan bertanda dan akan ditanya.

Buat para ayah, walaupun sebagian besar waktunya dihabiskan di kantor atau pekerjaan lainnya, tapi jangan sampai memandang keluarga (istri dan anak-anak) lebih kecil artinya hingga tak jarang menjadi pemicu konflik, justru sebaliknya keluarga adalah yang utama karena itulah yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya. Juga para ibu, agar tetap terus bertumbuh dan berkembang baik ilmu dan keterampilannya serta ruhnya agar skillnya tidak jalan ditempat. Adakalanya saat-saat tidak ideal itu harus dihadapi oleh ibu-ibu, dimana seharusnya para istri mendapat rengkuhan nyaman dalam bimbingan suami tapi sebaliknya adakalanya para istri harus memberi kekuatan, support dan dukungan ditengah kelelahan suami agar tetap berada dijalan yang lurus dan tidak menyimpang bukan sebaliknya. Ternyata banyak yang harus ditata dengan detail dan serius. Semoga bisa mengambil karunia Allah swt untuk disyukuri dengan kegiatan apa saja yang mendatangkan keikhlasan (bidang yang cocok) dengan tanpa kehilangan tanggungjawab yang fundamental dan tak membuat lesu ibadah, tanpa kehilangan semangat dalam hubungan keluarga, tanpa kehilangan hubungan dekat dengan anak-anak, tetap didengar dan juga dipercaya.

Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."62:8
Katakanlah: "Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja." 33:16

Jadi, selamat mensyukuri waktu yang masih lapang, kesehatan, umur, rizki juga kemudahan yang sudah Allah swt limpahkan juga pertolongan yang sudah Allah swt turunkan. Selamat membentuk hari yang baqa dengan merajutnya dihari yang fana ini, paling tidak kita sudah memulainya dengan niatan yang baik. Semoga Allah swt menyelamatkan kita semua dan menguatkan hingga akhir dan agar semua upaya ini tidaklah menjadi sia-sia hingga berkumpulnya kita semua dalam kemuliaan pada suatu masa nanti, amin ya rabbal alamiin…

“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah. 31:33 Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.3:103 Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal. 3:160 dan siapa yang disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya seorangpun yang akan memberi petunjuk.40:33 Dan Allah menyelamatkan orang-orang yang bertakwa karena kemenangan mereka, mereka tiada disentuh oleh azab (neraka dan tidak pula) mereka berduka cita. 39:61 Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut. 19:72 Dan katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong”17:80








No comments:

Post a Comment