Wednesday 5 December 2012

Hidayah

Cahaya yang bertingkat-tingkat

Biasanya alasan yang biasanya diucapkan oleh orang kebanyakan bila belum mau taubat adalah "nanti deh nunggu dapet hidayah" atau "aku belum dapet hidayah nih" :) , memangnya hidayah itu gimana sih ?

Hidayah sendiri asal katanya dalam bahasa arab adalah huda (petunjuk) yang diartikan sebagai sesuatu yang menunjukkan kepada apa yang diharapkan. Adalah sebuah anugerah apabila seorang hamba mencapai tingkat pemahaman yang tinggi yang sesuai antara yang ia harapkan dengan apa yang Allah swt harapkan. Namun tentu hal ini tidak mudah tanpa merelakan diri dengan tulus dan mempersiapkannya terlebih dahulu jauh sebelum berharap kepada sang pemilik Hidayah. Bagaimana kita bisa mendapat hidayah kalau diri kita tidak mempersiapkannya? Ibarat petani yang ingin bercocok tanam tentu ia harus menyiapkan tempatnya yang menjadi lahan, membersihkan tanah dari rumput liar dan hama yang merusak, begitupun manusia sehingga keimanan yang akan ia tanamkan akan tumbuh subur dilahan hati yang rela dan bersih.

"Katakanlah:"Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk (huda) dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam" QS:6:71

Semua memang gelap pada awalnya bila kita sama sekali tidak memiliki pengetahuan tentang sesuatu, apa yang harus kita lakukan, bagaimana caranya dan kenapa. Tapi sebetulnya ada anugerah yang telah diberikan Alloh swt kepada semua insan manusia tak peduli dari mana ia berasal, yang pertama adalah naluri (instinc). Seperti bayi yang menangis yang dengan air matanya adalah petunjuk bagi orang sekitarnya, begitupun seorang ibu secara naluri mendapat pesan (petunjuk) dihatinya agar ia menyusui atau memeluk atau apa-apa yang ditunjuki ke hatinya. Siapakah yang mengajarkan ini semua? Bukankah hal ini reflek begitu saja secara alami ? (baca : sunatullah). Naluri juga ada pada setiap insan untuk mencari sesuatu yang lebih besar dari pada dirinya, yang agung, sesuatu yang dipuja-puja oleh hatinya, itulah mengapa terkadang manusia menyembah benda, mencarinya di gua-gua akan hal-hal ghoib dalam rangka memenuhi naluri mendasarnya akan bentuk atau sosok ke-Tuhanan yang harus dipenuhi. Manusia akan terus mencarinya walau tidak semua mendapatkannya. Itulah naluri ruhani yang telah Alloh swt titipkan didalam setiap jiwa manusia jauh sebelum ia dilahirkan ke dunia, inilah kisahnya :

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" QS: 7:172

Berikutnya setelah naluri adalah anugerah pancaindera, yang dengannya manusia bisa melihat, menyentuh mendengar, merasa , agar manusia bisa mencari nalurinya dengan benar dengan petunjuk yang benar untuk mendapatkan hidayah yang benar. Apalagi di era tekhnologi yang modern seperti ini semua bisa dicari dan dilihat fakta-faktanya, digali history nya sehingga sebetulnya tidak ada alasan untuk menjadi orang yang awam agama.

Serlanjutnya adalah anugerah akal yang dengannya manusia berfikir, merenung membandingkan hal-hal yang masuk secara naluri dan akalnya dengan bersih tanpa dipengaruhi oleh informasi yang rusak. Mata bisa salah melihat, telinga bisa salah mendengar tapi dengan akal semua itu bisa difikirkan. Akal manusia menyempurnakan pancainderanya sehingga bisa mengambil kesimpulan.

Namun pada akhirnya akal manusiapun ada batasnya dimana ia tidak mampu berfikir hal-hal yang diluar batas kemampuannya, seperti tentang alam semesta, tentang hal-hal ghoib, tentang kehidupan sekaligus misteri kematian akan kemanakah kehidupan ini pada akhirnya. Disinilah manusia memerlukan hidayah sesungguhnya, hidayah dalam arti mengikuti petunjuk para nabi yang di utus oleh Allah swt, hidayah yang membawa manusia kepada shirotol mustaqim, jalan yang benar, jalan yang lurus yang di ridho-i oleh yang Maha Kuasa.

"Dan Kami tunjuki keduanya ke jalan yang lurus"  QS: 37:118

Marilah kita memohon dengan sungguh-sungguh agar Alloh swt memberikan kita petunjuk, dengan disertai rasa bersyukur atas segala potensi yang telah Ia berikan , naluri yang baik, pancaindera, akal yang sempurna, agar semua potensi mendasar itu bisa lebih dihidupkan untuk memperoleh hidayah yang sesungguhnya bukan sebaliknya dirusak dan mematikannya menjadi tidak berfungsi.

Yang kita butuhkan adalah kerelaan hati yang selalu berstatus "available" untuk memperoleh apa-apa yang seharusnya kita dapatkan, bagaimanakah hidayah itu akan turun bila hati kita tertutup dan enggan malas-malasan atau setengah hati ? 



Wallahu'alam








No comments:

Post a Comment