Friday 15 May 2015

Doa Penawar Hati yang Duka



Sungguh takjub dan sempat lama memikirkan dan merenungkan arti doa diatas, mengapa doa ini tampak berbeda redaksinya dengan doa-doa lain yang sering di pelajari, biasanya antara hajat dengan redaksinya bunyinya sama, tapi ini berbeda dan tersirat khusus dan istimewa.

kalau diperhatikan misalnya :

Doa minta diberi keteguhan
"Allahumma tsabitnii..."
Ya اللّهُ teguhkanlah diriku

Doa minta diampuni
"Allahumaghfirlii.."
Ya اللّهُ ampunilah aku

Doa agar qona'ah
"Allahumma qonni'nii...."
Ya اللّهُ jadikanlah aku merasa qona'ah

Doa memohon surga
"Allahumma inni asalukal jannah..."
Ya اللّهُ aku memohon surga kepadaMu

Dan doa-doa lainnya seperti doa memohon ilmu yang bermanfaat, doa untuk orang tua, doa dan lain-lain sama antara permohonan dan isi doanya (redaksinya). 

Tapi coba perhatikan arti doa penghilang kesedihan dan duka yang dalam diatas:

“Ya Allah! Sesungguhnya aku adalah hambaMu anak hambaMu dan anak hamba perempuanMu . Ubun-ubunku berada di tanganMu, hukum-Mu berlaku terhadap diriku qadhaMu adill pada diriku. Aku mohon kepadaMu dgn segala nama yang menjadi milikMu yang Engkau namai diriMu dengannya atau yang Engkau turunkan dalam kitabMu atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhlukMu atau yg Engkau rahasiakan dalam ilmu ghoib di sisiMu. MAKA AKU MOHON DENGAN ITU AGAR ENGKAU JADIKAN AL-QUR'AN SEBAGAI PENYEJUK (penenteram) HATIKU, CAHAYA DI DADAKU, PELIPUR KESEDIHANKU dan PELENYAP BAGI KESUSAHANKU”

Redaksi diatas tidak berbunyi seperti doa-doa yang lain, redaksinya tidak berbunyi misalkan: 
"Ya Allah lenyapkanlah sesak didadaku, hilangkan kesedihanku, dan cabutlah segala kesusahanku"

Tapi redaksinya seperti yang tersusun pada huruf-huruf besar diatas dengan penekanan pada kata:
"...AGAR ENGKAU JADIKAN AL-QUR'AN SEBAGAI PENYEJUK (penenteram) HATIKU. .."

Disini bisa kita renungkan, betapa berbedanya, seolah diisyaratkan bahwa sebaik-baik PELARIAN hati disaat dirundung duka adalah melarikan diri pada kitab suci. 

Kita bisa renungkan betapa orang yang sedang frustasi, kecewa dan putus asa melarikan diri dengan cara-cara yang ingin keluar dari kenyataan, dari yang sekedar jalan-jalan, shopping, lari pada makanan, belanja ini itu untuk melupakan hati yang sumpek, pergi ke vila satu ke pulau yang lain, hingga yang ekstrim seperti merokok, minum obat penenang, drug, narkoba dan lain-lain hanya untuk melupakan kepedihan, melarikan diri dari kenyataan, tapi itu hanya sesaat, ketika membuka mata persoalannya masih ada belum selesai. Bahkan ada yang menempuh jalan pintas dengan bunuh diri.

Betapa ironisnya akibat pelarian diri yang jauh dari tujuan inti kehidupan, semua berakhir sia-sia hampa tak bermakna. Padahal disitulah inti dari ujian ataupun musibah agar kita bisa bangkit lebih kuat, lebih realistis yang tadinya tidak sanggup menjadi sanggup, yang semula lemah jadi berdaya. 

Oleh karenanya, dari redaksi doa pelipur lara di atas, betapa mahalnya arti dari sebuah kemampuan untuk menjadikan Al Qur'an sebagai bentuk pelarian kita disaat susah, hati kita menjadi sibuk dengan merenungkan ayat-ayatNya, sekaligus mengoreksi kesalahan-kesalahan mengapa kedukaan itu menimpa apakah karena kesalahan ulah tangan kita atau memang ujian dari yang Maha Kuasa. Hati kita menjadi suci dengan mendekat kepada kitab suci. Seolah ada isyarat bahwa kita dituntun untuk berfikir logis dan realistis bahwa kehidupan yang kita hadapi adalah fakta bukan angan-angan yang harus dihadapi, dijalani. Sehingga kembali kepada Al Qur'an supaya tertuntun segala kedukaan yang kita rasakan pada arah yang benar, subhanalah....

Sungguh doa yang indah, doa yang dalam dan teramat mahal. Semoga kita semua bisa memetik hikmah atas setiap ujian dan cobaan yang datang, dan diberi sebaik-baik bentuk pelarian, melarikan diri kepada Allah swt mendekat kepadaNya, amiin ya Rabbal 'alamiin

No comments:

Post a Comment