Saturday, 28 September 2013
Sunday, 22 September 2013
Jangan Melihat Sepintas
Mengingat kembali kisah perjuangan para sahabat dalam perang Uhud,
bagaimana setelah selesai perang tampak bergelimang mayat syuhada, maka Abu
Sufyan berdiri dipuncak sebuah bukit bersorak sorai mengejek sambil memanggil
menyebut nama-nama orang mukmin yang disangkanya telah tewas diantaranya
memanggil Abu bakar dan Umar. Kalau tidak menjawab maka pengikut Abu Sufyan
bergembira hati karena jika tidak menyahutnya berarti mereka sudah mati. Abu
Sufyan amat bangga dengan berhalanya Uzza Tuhan dalam perjuangannya. Mereka
memang telah berhasil dapat menewaskan 70 orang beriman diantaranya adalah
Hamzah bin Abdul Muthalib namun Allah menerangkan bahwa ternyata kemenangan
yang nampak dimata manusia itu tidaklah menutupi apa yang tak tampak dihati
mereka yaitu rasa takut dan ngeri yang semakin bertambah, terlebih setelah
ternyata Umar yang masih hidup menjawab teriakan Abu Sufyan “pelindung kami
adalah Allah dan tidak ada pelindung bagi kamu!”.
“Akan Kami masukkan ke dalam hati
orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan
sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat
kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal
orang-orang yang zalim” (Ali Imran:151)
Bagaimana kita mengambil kisah ini dalam kehidupan kita saat
ini? Tetap tidak berubah bahwa sesungguhnya kekufuran itu apapun bentuknya
membuat manusia selalu diliputi oleh rasa takut, sebab manusia tidak bisa
memanipulasi hati nuraninya sendiri bahwa sikap pengingkaran kepada Allah
adalah salah. Ini juga menjadi pelajaran penting agar kita tidak menjadi
lemah pandangan mata hati kita dalam memandang setiap persoalan, agar hati kita
selalu terasah dan tajam dalam memperjuangkan kehidupan ini terutama realita
yang terjadi dalam masyarakat yang heterogen yang jauh dari zaman para nabi,
bisa jadi sebagai masyarakat yang biasa-biasa saja dihadapan manusia tapi
bagaimana bisa menjadi masyarakat yang luar biasa dihadapan Allah diantaranya dengan
tidak terpedaya oleh “kesan sepintas” dan meninggalkan segala bentuk kekufuran.
Untuk apa kita bangun dari tidur, untuk apa kita makan, untuk
apa kita bertahan dan untuk apa kita mati? Inilah landasan yang harus diingat
bahwa kesucian niat itu harus senantiasa segar agar kita tidak “hidup begitu
saja” atau bersuka cita yang tidak jelas mengurangi waktu. Bahwa kemenangan
besar itu harus dimulai dari kemenangan kecil dan halus dalam bentuk niat
bahkan sejak membuka mata dipagi hari.
Kehidupan boleh berubah sesuai era dan zamannya tapi cara
pandang kita dalam iman tidak boleh berubah kecuali berubah semakin baik dan
kokoh jauh dari kekufuran dan penyimpangan. Peka terhadap “istilah” yang
kriterianya dibuat oleh aturan manusia sebagaimana kita tidak tertipu oleh
kesan sepintas kemenangan Abu Sufyan padahal rapuh didalamnya. Memang pelajaran
dari perang uhud sangat mahal selain kekalahan yang diakibatkan oleh kesalahan
yakni tidak mematuhi perintah Rosulullah, namun penulis ingin mengambil
pelajaran dari sisi yang lain bahwa kisah itu mengingatkan kita agar kita tidak
gentar dengan keadaan saat ini. Kesan seolah orang-orang kafir itu sepintas memiliki
kekuatan, sepintas terlihat hebat dan menang atas terbantainya umat islam
dibeberapa belahan tempat di dunia juga tidak berkecil hati atas keterbatasan
yang kita miliki, seperti kata Umar bahwa pelindung kami adalah Allah.
Sebaliknya selain kita tidak boleh gentar, disatu sisi kita
bisa belajar agar kita juga tidak melakukan hal yang sama, sepintas dari luar
kita terlihat hebat dan besar tapi rapuh didalam. Tidak terjebak oleh istilah
modern (modernisasi) karena tidak semua istilah modern itu sesuai dengan jalan
islam. Tanamkan juga hal ini pada diri anak-anak kita agar hati kita hanya
tunduk pada aturan yang sejalan dengan islam saja dan tidak ragu dan malu untuk
berbeda juga tidak ikut-ikutan supaya kelihatan keren sepintas tapi menyimpang.
Tidak terpedaya dengan istilah hebat yang maknanya jauh dan salah baik arah dan
tujuan. Opini itu memang bisa menjebak bila kita tidak menyadarinya, seperti
istilah sukses yang ukurannya atau mizannya adalah duniawi semata membuat
sebagian manusia berlomba-lomba memperlihatkan (meng up date) kesuksesannya
dengan berbagai cara. Semua digiring perlahan-lahan dengan gerak yang halus
tidak terasa tiba-tiba saja sudah menjadi sebuah kebiasaan yang umum terjadi,
orang melihatnya sebagai kesuksesan secara sepintas padahal bukan ini yang
diharapkan.
Kata tatafakaruun didalam Al Quran selalu didahului dengan
kisah-kisah ataupun tanda-tanda kekuasan Allah sebagai hadiah atau petunjuk
buat orang-orang yang berfikir. Berfikir itu seperti yang kita ketahui tidak
bisa “sepintas”, tapi butuh waktu merenung, memikirkannya, diamati, dipelajari
hingga meresap menjadi sebuah keyakinan. Bagaimana kita bisa memahami sesuatu, bagaimana
bisa setuju terhadap sebuah pandangan bila kita tidak punya waktu untuk
merenung dan memikirkannya. Itu semua agar manusia bisa menghemat waktunya
terhadap hal yang sia-sia, karena hidup ini teramat singkat, andaipun manusia
menghabiskan waktunya untuk beribadah itu tidak pernah akan cukup untuk menebus
karunia yang sudah diberikanNya apalagi bila kita lalai dan terpadaya, padahal
sehebat apapun kita dihadapan manusia pada akhirnya kita akan menghadapNya jua.
Meluruskan niat adalah obat hati sebelum perubahan amal,
karena membangun pesona dihadapan manusia adalah seperti membangun/menanam
pohon yang rapuh. Mari memperbaikinya karena agama ini Allah ibaratkan seperti
pohon yang akarnya menghujam kuat kedalam bumi yang memiliki cabang-cabang yang
menjulang kelangit. Dia harus teguh bukan hanya “tampak” teguh dan kokoh tapi
memang benar kesolihannya. Bagaimana kalimat laa ilaa haillallah itu melekat
kuat yang justru tampak hebat keasliannya disaat-saat kesendiriannya jauh dari
perhatian manusia menghindar dari sepintas kelihatan solih dengan ibadahnya
yang tidak diperlihatkan. Baik shalatnya, khusyu’nya, tetesan air mata rindu
kepadaNya, bukan sebaliknya tampak sukses dalam pandangan manusia tapi rapuh,
shalatnya terkatung-katung dipenghujung waktu, lelah dan letih, ruh jiwanya
kering kerontang, sepi dan galau gelisah tidak puas serta bimbang. Ini baru persoalan shalat belum kewajiban dan amanah lainnya.
Bilal yang dalam pandangan manusia hanyalah seorang budak
berkulit hitam namun dengan keimanannya membuat ia mulia dihadapan Allah yang
apabila ia marah maka Robbul ‘izzati pun marah. Begitu juga dengan Ibnu Mas’ud
yang betisnya saja diperhatikan oleh Allah dan nilainya lebih dari gunung uhud.
Rosulullah saw pernah bersabda:
“Berapa banyak orang yang kusut rambutnya, berdebu wajahnya,
berpakaian dua kain usang serta tidak dihiraukan manusia, akan tetapi kalau dia
sudah bersumpah atas nama Allah, niscaya Allah akan mengabulkan sumpahnya itu.
Dan diantara mereka adalah Bara’ bin Malik” (Disebutkan shahih dalam Shahih Al
Jami’ As Shagir 4573).
Merekalah diantara para sahabat yang memiliki kekokohan iman
jauh dari kerapuhan meskipun dalam pandangan manusia kusut, berdebu atau
berkulit hitam yang mungkin sama dalam zaman sekarang orang-orang seperti ini
akan dihiraukan oleh kebanyakan manusia.
“Dan barangsiapa yang dihinakan Allah maka
tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia
kehendaki.” (Al Hajj: 18)
Semoga kita semua diberi kesempatan
untuk senantiasa memperbaiki diri, diberi petunjuk dan kekokohan serta diberi
kebaikan yang diinginkan oleh para nabi dan Rosul serta orang-orang beriman dan
dilindungi dari keburukan yang para nabi dan Rosul serta orang-orang beriman
berlindung darinya,amiin.
Sebelumnya:
Teh Bunga Kamboja Kuning
Biasanya orang pasti
terkejut ketika pertama kali mendengarnya, apakah bisa bunga kamboja dijadikan teh?.
jawabannya bisa, inilah salah satu karunia Allah yang tersembunyi dan baru
tersingkap. Kekayaan alami yang sangat mudah didapat baik dari sisi menanamnya
dan proses membuatnya. Yang tak kalah mengejutkan adalah kandungan khasiatnya
yang ternyata kaya manfaat. Tanaman kamboja ternyata banyak mengandung senyawa kimia yang sangat bermanfaat untuk kesehatan baik dari bunganya, kulit batang, daun dan getahnya bisa dibuat untuk obat. Getahnya mengandung damar dan asam plumeria. Sementara akar dan daunnya mengandung saponin, polifenol, alkaloid dan fenetilalkohol. Tanaman kamboja juga mengandung senyawa fulvoplumierin yang bermanfaat untuk radang saluran pernafasan, TBC, mengambat disentri dan hepatitis. Dan bunganya juga bisa dimanfaatkan diolah seperti bunga pepaya ataupun dijadikan salad.
Khasiat lain dari bunga kamboja adalah antara lain untuk meredakan demam, melancarkan air seni, menghentikan diare dan batuk. Begitu juga dengan teh bunga kamboja sangat berkhasiat memberikan efek sejuk untuk pencernaan baik bila diminum rutin.
Caranya sangat mudah, keringkan bunga kamboja dengan cara dijemur atau diangin-anginkan. Setelah kering bilas dengan air matang dan seduh dengan air mendidih seperti dibawah ini
Untuk hasil maksimal gunakan madu sebagai pengganti gula, karena sebagaimana kita ketahui gula pasir akan mengurangi manfaat bila dicampur kedalam herbal, bisa ditambahkan irisan potongan jahe untuk penghangat dan mengatasi sakit kepala ataupun lelah. Nah selamat mencoba kini teh herbal organic yang sehat bisa mudah kita dapatkan.
Untuk informasi lebih jauh tentang manfaat bunga kamboja bisa dibrowsing sangat lengkap infonya.
Sebelumnya:
Ada Syukur di Setiap Kata Hampir
Subscribe to:
Posts (Atom)